Self Recognition.


Semakin bertambah usia, semakin sadar dengan seluk beluk diri sendiri. Mungkin karena waktu yang kita miliki semakin bertambah untuk mempelajari diri sendiri. Mungkin juga karena seiring berjalannya waktu, pengalaman yang kita dapat semakin membuat kita bisa memilah-milah mana yang kita suka dan mana yang tidak kita suka.

Atau juga mungkin kita semakin mendapatkan penguatan (reinforcement) mengenai penilaian kita atas diri kita sendiri. Contohnya: sekarang kita baru sadar betapa sukanya kita pada alam, padahal sedari kecil kita memang suka diajak jalan-jalan oleh orang tua ke gunung atau pantai. Dari kecil kita sudah suka hal ini, tapi semakin dewasa semakin banyak hal yang menguatkan diri kita bahwa kita memang mencintai hal tersebut.
Apa ya istilahnya? Semut di ujung terlihat, gajah di pelupuk tak terlihat? (Iya kali ya).

Semakin gw bertambah dewasa, ada banyak hal yang makin membuat gw semakin mengenal dan menilai diri sendiri. Percayalah, lebih sulit mengenali diri sendiri dibanding mengenal dan menilai orang lain.

Gw semakin percaya bahwa gw membenci keramaian. Gw semakin yakin gw tidak suka suara-suara berisik. Gw semakin yakin gw tidak suka tempat-tempat semacam club, diskotik, you-name-it-whatever-is-it.
Ternyata sejak kecil memang gw ga suka dengan tempat yang ramai dan suara bising. Gw sensitif dengan bunyi-bunyi yang nyaring. Sering perhatian gw terpecah saat mendengar suara yang mendistraksi pikiran, entah itu suara knalpot motor, suara orang ngobrol, bahkan suara tetesan air.
Dan bukannya gw tidak pernah mencoba tempat-tempat clubbing. Cukup sudah gw melewati masa-masa kebandelan itu. Hahaha. Tapi entah kenapa sampai sekarang gw ga suka banget. Bagi gw sulit untuk memahami dan menikmati apa enaknya berkumpul di tempat remang-remang ramai-ramai, joget-joget, bau asap rokok, dan belum lagi melihat kelakuan lainnya.
Gw bahkan ga suka nongkrong-nongkrong di cafe atau mall. I even hate malls. Kalau bukan karena butuh bioskop atau toko bukunya, gw mungkin ga akan pernah lagi ke mall. 
Kebiasaan jadi "anak rumahan" ini terbentuk dari kecil sih. Memang orangtua dari gw kecil jarang banget ngajak gw ke mall. Setiap minggu almarhum bokap selalu ngajak ke tempat pemancingan, nonton rally mobil, berenang, lomba balap tamiya, anything but mall pokoknya. Gw mengenal mall sejak remaja, karena sering diajak temen-temen. Dan itu yang menyebabkan kenapa gw jadi "anak rumahan".
Kalau bukan demi orang-orang tertentu, demi temen deket atau ingin ambil suatu barang, susah deh buat ngajak gw keluar rumah. Tapi, sekalinya gw jalan-jalan, pasti gw ke tempat yang jauh banget. Karena memang gw suka banget travelling dan mengenal tempat baru. Lebih tepat disebutnya "anak rumahan yang jarang keluar rumah tapi sekalinya keluar rumah malah bisa ke pulau lain." :D

Kalau mau ajak gw keluar, gw prefer dibawa ke tempat yang proper ada live music dari band yang membawakan lagu-lagu tahun 90-an ke bawah, gw bakal jadi sahabat lo. Atau jika diajak nonton konser band kesukaan gw, gw jadiin deh lo saudara. 

Semakin dewasa gw juga semakin menyadari bahwa gw adalah orang yang amat-sangat sabar. Entah dari mana gw bisa dapat kesabaran gw ini. Mungkin emang salah satu berkat dari Tuhan kali ya? :D
Dan satu berkat Tuhan yang gw sadari, bahwa intuisi gw sangat kuat. Dari remaja gw udah sadar dan sampai sekarang makin banyak hal-hal yang bikin intuisi gw semakin mudah dimanfaatin.

Setelah beberapa tahun ini bergelut di dunia psikologi dan HRD, gw juga sadar bahwa suka sangat suka memberikan servis yang excellent ke orang-orang sekitar. Entah itu rekan kerja atau siapapun. Memang bagus sih untuk selalu menyenangkan orang-orang, tapi lama-lama dirasa kok capek juga ya. Bahkan capek banget, karena ternyata tidak semua orang MAU untuk mengerti kondisi kita namun mereka INGIN kita SELALU mengerti kondisi mereka.
Padahal gw kan juga manusia, wanita pula. Hmmm...

So, sejauh apa kalian mengenal diri kalian sendiri?