Aku Penjudi Yang Buruk.

"Problemku terbesar adalah mempercayai spesies Homo Sapiens. Termasuk diriku sendiri. Padahal, manusia terlahir ke dunia dibungkus rasa percaya. Tak ada yang lebih tahu kita ketimbang plasenta. Tak ada rumah yang lebih aman dibanding rahim ibu. Namun, di detik pertama kita meluncur keluar, perjudian hidup dimulai. Taruhanmu adalah rasa percayamu yang kau lego satu per satu demi sesuatu bernama cinta. Aku penjudi yang buruk. Aku tak tahu kapan harus berhenti dan menahan diri. Ketika cinta bersinar gemilang menyilaukan mata, kalang kabut aku menyerahkan semua yang kumiliki. Kepingan rasa percaya bertaburan di atas meja taruhanku. Dan aku pulang tak pernah membawa apa-apa."

(Dee Lestari, Partikel)

Terjun Bebas.

"Bukan. Bukan lagi jatuh cinta. Aku terjun bebas. Tanpa tali pengaman. Tanpa lagi peduli apa yang menyambutku di dasar sana. Kalau memang ada dasarnya." (Partikel - Dee Lestari)

Lalu aku tersadar, selama ini aku terjun bebas. Pantas saja sekarang rasanya sakit dan remuk.

This is Hard.

Never crossed in my mind before if leaving is gonna be this hard.
I thought it's easier to leave behind than being left.
And i keep asking and convincing myself, "Are you sure? Are you okay with all of this thing?"

And to think about it again, I've been through the worst time in my life. I've survived the last 9 years without my dad.
This too shall pass.

This too shall pass.. It's just a moment, this time will pass...

-Posting from my cellphone.-

Maaf dan Terimakasih.


Selama ini aku berpikir bahwa hari-hari ku sudah kembali tenang tanpa terusik. Aku pikir aku sudah duduk kembali nyaman di kursi penontonku. Kembali menyaksikan semua peristiwanya dengan tenang, aman... Damai.

Aku tidak tahu mengapa terseret kembali ke dalam drama hidupnya. Ke dalam konflik hidupnya. Ke dalam kisah antagonis dirinya. Karena aku hanyalah pemain figuran di dunianya. Aku hanya ingin menjadi penonton saja, bukan terseret-seret lagi.

Segala sesuatu ada masanya. Dan ada masanya aku menjadi lelah dengan ceritanya. Aku bahkan lelah dengan diriku saat berada di dunianya. Aku kehilangan duniaku. Kehilangan titik gravitasiku. Aku kehilangan pusat duniaku. Semua sudah bergeser berpusat pada dirinya.

Ada pula masanya aku harus meninggalkan. Meninggalkan semua yang sudah dijalani hampir 4 tahun ini. Meninggalkan semua kisah tawa canda, bahagia, marah, dan sedih kita. Meninggalkan diri antagonisnya yang hanya memanfaatkan. Meninggalkan semua drama dirinya. Meninggalkan kisah kita.

Mau tahu apa yang lebih menyakitkan daripada kehilangan seorang kekasih?? Kehilangan seorang sahabat. Ini perasaan kolektif. Aku sendiri tidak menyangka akan sesakit ini.

Ini juga bukan cinta. Ini fiksasi. Karena seperti kata Samuel Mulia, "Mencintai itu tak pernah meluluhlantakkan diri anda dan orang lain. Itu bukan cinta dan bukan akibat dari mencintai." 
Aku luluh lantak setiap berada dalam drama barumu. Dan aku sadar aku terfiksasi oleh dirimu. Itu tidak sehat dan aku ingin "bersih" lagi. Dengan cara apapun akan ku tempuh supaya "bersih" kembali. Walaupun dengan cara meninggalkan semuanya dan aku tahu aku akan menangis setiap malam, terpuruk di hampir setiap hari-hariku, dan tersaruk-saruk lagi.

Tapi aku tahu, aku akan bertahan. Aku akan "hidup" kembali dengan atau tanpamu. Sesulit apapun itu, aku yakin aku bisa. Untuk sekarang aku akan terlihat lemah dan mengenaskan. Itu tidak apa-apa, itu sebagian dari proses. Karena aku tahu suatu saat aku akan kembali kuat lagi. It's just a moment, this time will pass.

Maaf untuk semua kesalahan dalam 4 tahun terakhir ini..
Terimakasih atas semua warna dan sudah pernah menjadi bagian dalam hidupku.. Munafik jika kubilang aku tidak akan rindu. Rasa itu akan tetap ada, dan aku akan tetap maju.
Terimakasih, teman....