Kooba Mentawai..

Kalo ditanya tentang pengalaman paling berharga dan tak terlupakan selama 24 tahun gw hidup di dunia ini, dengan pasti dan tanpa ragu-ragu gw akan menjawab pengalaman tiga minggu di Mentawai.



Banyak, bahkan terlalu banyak pengalaman berharga, pelajaran hidup, dan arti hidup yang gw dapatkan dari sana. Di KM 37, Pulau Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai. Satu pulau yang mampu mengubah arti hidup gw, membuat gw bisa menjadi lebih kuat, membuat saya menjadi pribadi yang menurut gw lebih baik lagi, dan terutama membuat gw bersyukur kepada Tuhan YME atas apa yang saya miliki.

Gw berangkat ke Mentawai bersama tim Gerakan Kemanusiaan Indonesia (Tim GKI), yang merupakan suatu gerakan atau sarana bagi orang-orang yang ingin membantu dan melayani di daerah-daerah terpencil. Tim GKI ini merupakan bagian dari Gereja Kristen Indonesia yang bergerak di bidang kemanusiaan. Bisa dibilang gw merupakan Muslim pertama yang bergabung dalam kegiatan mereka. :)


Sejak sebelum hari keberangkatan, bahkan dari jauh hari kami semua (tim Psikologi) telah diingatkan dan diberi wanti-wanti mengenai keadaan di sana, terutama warga dan anak-anaknya. Gw berharap bisa mengubah kehidupan mereka lebih baik lagi, akan tetapi kenyataannya adalah mereka yang mengubah hidup gw bisa lebih baik lagi. Bukan gw saja yang telah memberi kepada mereka, tetapi mereka telah memberi lebih banyak kepada gw.

Pelajaran paling penting yang sudah gw dapatkan terutama adalah mengenai bersyukur. Bersyukur dengan apa yang saya miliki. Bersyukur dengan apa yang tidak gw miliki. Bersyukur bisa bertemu masyarakat Mentawai, terutama anak-anak Mentawai.

Saat berada di sana, gw lebih sering beraktifitas dengan anak-anak dibandingkan dengan orang dewasanya. Karena gw bersama tim Psikologi memiliki program trauma healing yang difokuskan pada anak-anak di sana. Waktu satu minggu pertama kami melakukan pendekatan pada anak-anak, yang kami kira akan sulit karena kesulitan dalam budaya dan bahasa. Namun anak-anak disana ternyata cukup mudah untuk didekati, karena latar belakang mereka yang kurang adanya sosok orang dewasa dalam hidup mereka. Gw dan teman-teman yang lain bisa merangkul mereka dalam waktu yang dibilang cukup cepat. Mungkin benar dengan apa yang telah dikatakan oleh pemimpin kloter 3, Pak Har. Dia bilang “Segala sesuatu yang dikerjakan dengan hati maka hasilnya akan berbeda..”

Setelah semakin dekat dengan anak-anak Mentawai, gw menyadari bahwa gw menyayangi mereka..bukan kasih sayang yang semu. Tapi bener-bener sayang sama mereka. *cieh bahasa gw*. Dengan segala kepolosan dan kehebatan dalam masing-masing diri mereka. Merekalah yang membuat hari-hari gw selama di Mentawai sangat berwarna. Ada hari-hari saat gw dan teman-teman tidak membantu mengajar ataupun tidak ada kelas tambahan, hari-hari tersebut terasa lebih panjang dibanding dengan hari-hari lainnya saat gw bertemu dengan anak-anak. Ada beberapa anak yang sudah gw anggap seperti adik gw sendiri dan gw sangat menyayangi mereka. Aku rindu Muel, Puji, dan Anju. Anak-anak yang selalu memanggil-manggil nama gw, dan anak-anak pertama yang mengatakan mereka sayang sama gw . Gw bersyukur bisa mengenal dan dekat dengan mereka semua. Mereka yang meninggalkan jejak terdalam di hati gw, semoga suatu saat bisa bertemu mereka lagi.

Gw juga mendapatkan suatu pelajaran lain yang sangat penting. Yaitu tentang kerja sama tim, kekeluargaan, dan pluralistik. Gw datang ke dalam suatu lingkungan baru, yaitu tim Gerakan Kemanusiaan Indonesia (T. GKI) ini. Selama tiga minggu pula gw akan hidup bersama mereka, beraktifitas bersama, dan susah senang bersama. Dengan total anggota lebih dari 30 orang, maka gwpun dituntut untuk bisa menyeimbangi mereka semua. Terutama dengan kondisi gw yang berbeda dengan anggota-anggota yang lain, yaitu dalam hal kepercayaan. Gw tidak pernah menyangka jika anggota-anggota yang lain akan menerima gw dengan sebegitu sangat baiknya. Mereka sudah seperti keluarga sendiri. Tidak menganggap perbedaan di antara kami sebagai penghalang.

Saat bekerja sama sebagai tim pun kami bisa melewatinya dengan baik. Semua 30 isi kepala yang berada selama di sana mampu kami satukan untuk mencapai satu tujuan, yaitu membuat Mentawai lebih baik lagi. Ada hari-hari ketika kami memiliki perbedaan pendapat, sulit menerima anggota lain yang memiliki sikap dan karakter berbeda. Tetapi ketika kami mengenal satu sama lain lebih dekat, semuanya terasa berbeda dan kami bisa mengerti.

Gw sendiri menganggap bahwa orang-orang di Tim GKI adalah beberapa orang-orang terbaik yang pernah gw temui sepanjang hidup gw. Dengan niat tulus untuk membantu dan melayani masyarakat Mentawai, mereka mampu menyingkirkan ego masing-masing dan melayani dengan tulus. Di sini gw memahami arti dari sebuah “pelayanan” yang dilakukan orang umat Nasrani. Sebuah kegiatan tulus yang tidak dapat ditandingkan dengan perbuatan lain. Gw belajar pula untuk bisa melayani dan beribadah dengan cara membantu warga sekitar yang membutuhkan seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad. Gw bisa memahami lebih jauh berkat Tim GKI yang bisa menerima gw apa adanya, tanpa memandang perbedaan.

Saat malam-malam terakhir berada di Mentawai, gw dipuji oleh salah satu anggota yang juga seorang dokter. Ia bilang bahwa dia salut sama gw, dengan perbedaan gw mampu berada di tim dan bekerja dengan tulus dan juga menjadi kakak favorit di kalangan anak-anak. Gw merasa pujian itu ga pantas untuk gw, gw hanya berusaha yang terbaik dan belajar dari anggota tim yang lain. Ucapan salut tersebut lebih pantas gw tujukan kepada tim-tim yang lain. Yaitu tim kesehatan dan dokter-dokter yang telah melakukan pekerjaan terbaik mereka untuk melayani masyarakat Mentawai. Bekerja dan melayani dengan hati dan tanpa merasa jengah dengan penyakit yang terlihat menjijikan sekalipun. Terimakasih Kakak Vera atas pujiannya, sesungguhnya aku tidak ada apa-apa dibandingkan dengan para dokter. :)

Kepada tim dapur dan para koki yang hebat. Yang selalu bangun lebih pagi dan bahkan tidur paling malam dibandingkan kami semua. Memasak untuk anak-anak Mentawai dan anggota-anggota Tim GKI yang lain. Pekerjaan kalian adalah sumber kekuatan bagi kami semua. Tanpa kalian, kami tidak akan bisa berjalan dan beraktifitas selama di Mentawai. Dari tangan-tangan Bu De dan Pak De lah tim kita bisa hebat seperti kemarin. :)

Kepada tim relawan yang bekerja dan melayani dengan hebat pula. Para abang-abang dan kakak-kakak baru gw yang telah saya temukan dari Tim GKI. Tidak ada kata-kata yang bisa saya ucapkan bagi tim relawan selain, “Saya bangga bisa kenal dan menjadi satu tim dengan kalian...” .. Relawan relakan! :D :D

Kepada tim psikologi. Tim yang telah bersama-sama dengan gw sejak tahun lalu, yang telah memperjuangkan mimpi-mimpi kami untuk pergi ke Mentawai menjadi nyata walaupun banyak pihak-pihak yang meremehkan dan memandang sebelah mata. Perjuangan kami tidak pernah sia-sia, mimpi kami menjadi nyata. Kami telah memberi kepada anak-anak Mentawai, dan kami telah diberi lebih oleh anak-anak Mentawai. Kepada Olin, Johan, Affi, Arlita, Simson, Mike, dan terutama Davin yang telah membawa kami semua, terimakasih banyak atas pengalaman paling berharga ini.

Dan terakhir kepada Gerakan Kemanusiaan Indonesia dan Gereja Kristen Indonesia yang telah menerima gw sebagai bagian dari kalian. Seorang Natasha Febryana yang satu-satunya dan pertama kalinya seorang Muslim yang berada di tim GKI. Kata-kata terimakasih dan ucap syukur saja tidak akan cukup. Suatu kebanggaan dan kebahagiaan gw bisa bergabung bersama kalian dan ikut melayani masyarakat yang menbutuhkan bantuan kita. Gw akan terus mendoakan GKI akan terus maju dan bisa mencapai semua tujuan dengan sukses.

Terakhir gw ingin mengucapkan syukron ya Allah.. Alhamdulillah atas semua pengalaman ini. Bisa berada di Mentawai dengan alam dan pantai-pantainya yang luar biasa indah dan tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, bahkan melalui foto pun tidak bisa menggambarkan indahnya alam di sana. Alhamdulillah bisa bertemu masyarakat Mentawai dan segala keunikan mereka, Alhamdulillah bisa menjadi bagian dari Tim GKI. Gw harap saya bisa terus bersama-sama tim GKI, bersama-sama sebagai keluarga, bersama-sama untuk melayani daerah-daerah pelayanan lain dan kita semua bisa berguna bagi mereka.

Masura bagata.. Kooba Mentawai. (Terimakasih banyak.. Cinta Mentawai..) :) :)